ANALGETIKA

Apa itu analgetik??
Senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik ini berkerja dengan menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektf sehingga dapat meningkatkan nilai ambang rasa sakit yang dirasakan.Sensasi nyeri disebabkan oleh pembebasan senyawa - senyawa kimia tertentu oleh stimulus nyeri karena mengeksitasi ujung - ujung saraf nyeri (menyerupai bradikinin) menyebabkan zat lain menimbulakn nyeri misalnya vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan migrain

Penyadaran sensasi nyeri sendiri mempunyai komponen psikologi, karena nilai ambang intensitas stimulus untuk nyeri relatif konstan pada orang yang normal dan berbeda - beda respon terhadap stimulus nyeri

Apa saja golongan obat analgetik ?
Adapun macam - macam golongan analgetik yaitu sebagai berikut:
1. Analgetik narkotik
Merupakan sistem saraf pusat yang secara selektif dapat menekan fungsi ssp. Analgetik ini dapat berkerja untuk mengurangi rasa sakit, seperti serangan jantung akut sesudah operasi, rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, kolik usus dan ginjal.

Mekanisme kerja:

Mekanisme kerja ini terhadap efek analgesik dapat berikatan dengan pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Menyebabkan rangsangan ini mengantuk. 
Contoh: Morfin, kodein, naibufin, nalorfin 
Adapun 3 cara ikatan yang menyebabkan analgetik:
1. Ikatan van der walls
2. Oksigen
3. Muatan Ionik

Contoh:
1. Morfin
 
Struktur morfin dimodifikasi pada gugus hidroksil dan amin akan menjadi obat kodein (obat batuk) 

Hubungan struktur farmakopor  

  1. Metilasi gugus fenolik OH dari morfin akan mengakibatkan penurunan aktivitas analgesik secara drastis. Gugus fenolik bebas adalah sangat krusial untuk aktivitas analgesik.
  2. Penutupan atau penghilangan gugus alkohol tidak akan menimbulkan penurunan efek analgesik dan pada kenyataannya malah sering menghasilkan efek yang berlawanan. Peningkatan aktivitas lebih disebabkan oleh sifat farmakodinamik dibandingkan dengan afinitasnya dengan reseptor analgesik. 
  3. Beberapa analog termasuk dihidromorfin menunjukkan bahwa ikatan rangkap tidak penting untuk aktivitas analgesik.
  4.  Penggantian gugus N-metil dengan proton mengurangi aktivitas analgesik tetapi tidak menghilangkannnya. Gugus NH lebih polar dibandingkan dengan gugus N-metil tersier sehingga menyulitkannya dalam menembus sawar darah otak akibatnya akan menurunkan aktivitas analgesik. Hal ini menunjukkan bahwa substitusi N-metil tidak terlalu signifikan untuk aktivitas analgesik. Sedangkan penghilangan atom N akan menyebabkan hilangnya aktivitas. 
  5. Cincin aromatik memegang peranan penting dimana jika senyawa tidak memiliki cincin aromatik tidak akan menghasilkan aktivitas analgesik. Substitusi pada cincin aromatik juga akan mengurangi aktivitas analgesik.
  6. Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan munurunkan aktivitas.  
  7.  Adanya perubahan stereokimia di bahkan satu pusat kiral dapat mengakibatkan perubahan bentuk yang drastis, sehingga mustahil bagi molekul untuk berikatan dengan reseptor analgesi. 
  8. Penghilangan cincin E akan mengakibatkan kehilangan seluruh aktivitas, hal ini menunjukkan pentingnya nitrogen untuk aktivitas analgesik. 
  9.  Penghilangan jembatan oksigen memberikan serangkaian senyawa yang disebut morphinan yang memiliki aktivitas analgesik yang bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa jembatan oksigen tidak terlalu penting. 
  10. Pembukaan kedua cincin ini akan menghasilkan gugus senyawa yang dinamakan benzomorphan yang mempertahankan aktivitas analgesik. Hal ini menandakan bahwa cincin C dan D tidak penting untuk aktivitas analgesik. 
  11. Penghilangan cincin B,C, dan D akan menghasilkan senyawa 4-phenylpiperidine yang memiliki aktivitas analgesik. Hal ini menunjukkan bahwa cincn B,C dan D tidak penting untuk aktivitas analgesik. 
  12. Penghilangan cincin B,C,D dan E akan menghasilkan senyawa analgesik yaitu methadone.
  13. Eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, meningkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang. 
  14. Eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau pergantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitas.
  15. Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara drastis.
  16. Pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan efek analgesik.
  17. Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi dibanding morfin.
  18. Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas. 
  19. Demetillasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan aktivitas. Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif Ukuran dari substituen N akan mempengaruhi potensi dan sifat agonis atau antagonis. Secara umum, substitusi N-metil akan menghasilkan senyawa dengan sifat agonis yang baik. Peningkatan ukuran substituen N dengan 3 atau 5 karbon akan menghasilkan senyawa yang antagonis dengan beberapa atau semua reseptor opioid 
 2.Turunan Meperidin 
Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur morfin tetapi masihmenunjukkan kemiripan karena mempunyai pusat atom C kuartener, rantaietilen, gugus N-tersier dan cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi denganreseptor analgesik



3.Turunan Metadon 
Turunan metadon bersifat optis aktif dan biasanya digunakan dalam bentugaram HCl. Meskipun tidak mempunyai cincin piperidin, seperti pada turunanmorfin atau meperidin, tetapi turunan metadondapat membentuk cincin biladalam lartan atau cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena ada daya tarik – menarik dipol-dipol antara basa N dengan gugus karboksil.





2. Analgetik Non-narkotik
Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.

Mekanisme kerja: 
    Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. 
      Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).
Pengelompokan analgetik:
  1. Turunan Asam Salisilat
    Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik antipiretik dan antirematik. Obat ini bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri yang berhubungan dengan rematik. Penggunaan asam salisilat tidak pernah dilakukan secara per oral karena terlalu toksik. Efek samping nya adalah iritasi lambung karena gugus karboksilat bersifat asam. Contoh: aspirin, asam salisilat 
  2. Turunan Anilin & para Aminofenol
    Turunan anilin dan p-aminofenol memiliki aktivitas sebagai analgesik antipiretik namun tidak memiliki aktivitas sebagai antiradang dan antirematik. Efek samping yang sering terjadi adalah methaemoglobin dan hepatotoksik. Contoh : asetaminofen, asetanilid, dan fenasetin.
    Hubungan struktur aktivitas pada turunan anilin dan p-aminofenol
    1. Anilin memiliki aktivitas antipiretik yang tinggi namun efek sampingnya juga besar karena menyebabkan methaemoglobin (Hb dalam bentuk ferri, tidak dapat berfungsi membawa oksigen).
    2. Substitusi pada gugus amino mengurangi kebasaan sehingga mengurangi aktivitas dan efek sampingnya.
    3. Turunan aromatik pada asetanilid dan benzanilid sukar larut dalam air, tidak dapat membawa cairan tubuh ke reseptor sehingga mengurangi aktivitasnya. Salisilanilid meskipun tidak memiliki efek antipiretik namun dapat digunakan sebagai antijamur.
    4. Para-aminofenol merupakan produk metabolit dari anilin dan memiliki toksisitas lebih rendah namun masih terlalu toksik untuk digunakan sebagai obat sehingga perlu modifikasi strukturnya.
    5. Asetilasi pada gugus amino pada p-aminofenol dapat mengurangi efek samping.
    6. Esterifikasi pada gugus hidroksi dengan metil (anisidin), etil (fenetidin) meningkatkan efek analgesik namun karena masih mengandung amina bebas, dapat menyebakan methaemoglobin.
    7. Pemasukan gugus polar, gugus karboksilat ke dalam inti benzen, akan menghilangkan aktivitas.
    8. Etil eter dari asetominophen (fenasetin) mempunyai aktivitas analgesik cukup tinggi namun penggunaan jagka panjang dapat mengakibatkan methaemoglobin, kerusakan ginjal, dan karsinogenik.
    9. Ester salisilat pada asetaminofen (fenetsal) mengurangi efek toksis dan emnambah aktivitas analgesik.
     
  3. Turunan Asam N-Arilantranilat
    Turunan asam N-antranilat merupakan analog nitrogen dari asam salisilat. Turunan ini memiliki antiradang pada pengobatan rematik, mengurangi rasa nyeri pada nyeri ringan dan moderat. Efek samping iritasi saluran cerna, diare, mual, nyeri abdominal, anemia, agranulositosis, dan trombositopenia. Contoh : Asam mefenamat, asam flufenamat, asam meklofenamat
    Hubungan struktur aktivitas turunan asam antranilat
    1. Aktivitas lebih tinggi jika pada inti benzen yang memunyai atom N dengan posisi 2,3, dan 6.
    2. Senyawa yang aktif adalah turunan senyawa 2,3 disubstitusi.
    3. Memilikiaktivitas lebih tinggi jika gugus pada N-aril di luar koplanaritas asam antranilat.
    4. Struktur tidak planar tersebut sesuai dengan reseptor hipotetik antiradang.
    5. Adanya substitusi pada o-metil pada asam mefenamat dan o-klor pada asam meklofenamat meningkatkan aktivitas analgesik.
    6. Penggantian atom N pada asam mefenamat dengan senyawa isosterik seperti O,S, CH2 menrurunkan aktivitas
     
Contoh:
Asam salisilat bila di substiusi pada gugus hidroksil menjadi obat aspirin  

Daftar Pustaka: 

Foye, W. O., T. L. Lemke, and D. A. Williams. 1995. Principles of Medicinal Chemistry: Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Gilang. 2010. “Analgesik non-opioid atau NSAID/OAINS”. Jakarta : Erlangga.

Dari artikel ini ada yang kurang saya pahami yaitu:
1. Bagaimana mekanisme kerja dari analgetik narkotik ? dan non narkotik ?
2. Bagaimana reaksi efek samping yang terjadi jika salah satu struktur golongan obat narkotik dan non narkotik dimodifikasi ? 
3. Mengapa narkotik dan non narkotik dapat menyebabkan ketergantungan ? 
4. Apa efek samping yang paling berbahaya dari struktur analegtik ?
5. Berapa dosis yang peling efektif bila diberikan kepada anak - anak ?
6. Mengapa analgetik dapat menyebabkan pendarahan pada lambung ?
7. Apa kontraindikasi asam mefenamat ?

Komentar

  1. menurut saya mengenai pertanyaan nomor 2, salah satu obat analgetik yang sudah dimodifikasi adalah natrium diklofenak.
    Hasil sintesis natrium diklofenak dengan 4-klorobenzoil klorida menghasilkan senyawa asam 2-(2-(4-kloro-N. Hasil sintesis yang dilakukan tersebut terbukti dapat mereduksi efek samping iritasi gastro intestinal dan peptic ulcer. Selain itu, pengembangan natrium diklofenak dengan mensintetsis natrium diklofenak melalui reaksi esterifikasi dengan substituent alkil, menghasilkan peningkatan aktivitas natrium diklofenak namun mereduksi efek samping gastro intestinal dan peptic ulcer.-(2,6-diklorofenil) benzamida) fenil) asetat menggunakan cara benzoilasi.

    BalasHapus
  2. saya mau ikut berdiskusi, ini terkait pertanyaan nomor 3, golongan analgetik memang dapat menimbulkan kecanduan apabila analgetik golongan opiat ini melebihi dosis yang dianjurkan, kalau golongan non narkotik menurut saya cenderung tidak menimbulkan efek kecanduan. mungkin teman lain ada yang mau menambahkan

    BalasHapus
  3. saya akan menjawab pertanyaan no. 6 Obat ini harus diberikan secara hati – hati pada orang dengan riwayat alergi obat NSAID lainnya. Asam mefenamat bersifat mengiritasi lambung sehingga lebih baik tidak digunakan oleh penderita luka lambung atau usus. Obat ini juga dihindari pada penderita gangguan hati atau ginjal karena obat ini dimetabolisme melalui organ tersebut sehingga dapat memperberat kelainan fungsi hati dan ginjal. Ibu hamil trimester ketiga dan ibu menyusui juga merupakan kontraindikasi penberian asam mefenamat karena obat ini dapat menyebabkan kecacatan pada bayi yang dikandung dan dibuang melalui air susu.

    BalasHapus
  4. hai tari, untuk mengetahui reaksi efek samping yang terjadi jika salah satu struktur golongan obat analgetik yang dimodifikasi kamu dapat berkunjung ke postingan saya mengenai "Sintesis turunan Natrium Diklofenak – Penghambat COX (Analgetik)"

    http://dyahf1f115019.blogspot.co.id/2017/10/sintesis-turunan-natrium-diklofenak.html


    Natrium diklofenak merupakan salah satu obat yang analgetik. Natrium diklofenak atau (Natrium 2-(2(2,6-diklorofenil amina)fenil)asetat merupakan obat yang selain sebagai analgetik namun juga memiliki mekanisme utama sebagai anti inflamasi dengan cara menghambat sintesis prostaglandin berupa penghambatan siklooksigenase (COX).

    Beberapa pengembang Natrium diklofenak adalah telah dilakukannya penelitian dalam mereaksikan natrium diklofenak menjadi ester dengan substituent aromatis heterosiklis. Selain itu, pengembangan natrium diklofenak dengan mensintetsis natrium diklofenak melalui reaksi esterifikasi dengan substituent alkil, lalu penelitian tahun 2014 dilakukan penelitian dalam mensintesis turunan obat dari senyawa natrium diklofenak dengan 4-klorobenzoil klorida menhasilkan senyawa asam 2-(2-(4-kloro-N-(2,6-diklorofenil) benzamida) fenil) asetat melalui reaksi benzoilasi.menghasilkan peningkatan aktivitas analgetik namun mereduksi efek samping gastro intestinal dan peptic ulcer.

    BalasHapus
  5. saya akan menjawab no 3, dimana sepengetahuan saya analgetik narkotika atau opioid dapat menyebabkan ketergantungan, dimana terjadinya adaptasi fisiologik jika penggunaan narkotika opiod secara terus menerus.

    Adaptasi seluler menyebabkan perubahan aktivitas enzim, pelepasan biogenic amin tertentu atau beberapa respon imun. Nukleus locus ceruleus bertanggung jawab dalam menimbulkan gejala withdrawl. Nukleus ini tempat reseptor opioid, α–adrenergic dan reseptor lainnya. Stimulasi reseptor oleh agonis opioid (cth :morfin) akan menekan aktivitas adenilsiklase pada siklik AMP. Bila diberikan secara terus menerus, akan terjadi adaptasi fisiologik di dalam neuron yang membuat level normal dari adeniliklase walaupun berikatan dengan opiat. Bila ikatan opiat ini dihentikan dengan mendadak atau diganti dengan obat yang bersifat antagonis opioid, maka akan terjadi peningkatan efek adenilsilase pada siklik AMP secara mendadak dan berhubungan dengan gejala pasien berupa gejala hiperaktivitas. Gejala ini akan menyebabkan seseorang akan ketergantungan terhadap opiod.

    BalasHapus
  6. Saya akan membantu menjawab permasalahan no. 6
    Analgetik dapat menyebabkan pendarahan lambung karena efek samping obat analgetik salah satu nya yaitu pendarahan di lambung. Sebaiknya apabila pasien punya riwayat penyakit lambung pemberian obat harus diberi obat pelapis terlebih dahulu seperti sanmah 1 jam sebelum makan, setelah itu baru makan nasi, dan baru diberi obat analgetik supaya tidak mengiritasi lambung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi karena anlagetik non narkotik adalah NSAID yg bekerja dg menghambat COX scr non selektif sehingga menghambat pembentukan mukosa lambung, oleh karena itu asam dilambung akan memengaruhi lambung sehingga dapat menyebabkan iritasi lambung karena tidak ada perlindungan dari Mukosa lambung

      Hapus
  7. Hai tari, saya akan coba menjawab pertanyaan tentang kontraindikasi dari asam mefenamat. Jadi adapun kontraindikasinya yaitu terhadap pasien yang mengalami hipersensitif terhadap obat ini, serta terhadap pasien dengan riwayat gangguan hati dan ginjal. Hal ini disebabkan karena apabila pasien mengalami gangguan hti dan ginjal mengonsumsi obat ini maka akibatnya akan fatal.

    BalasHapus
  8. untuk pertanyaan terakhir Asam mefenamat adalah obat pereda nyeri dan peradangan. Obat ini termasuk non-steroid anti-inflammatory drug (NSAID) yang bekerja menghambat pembengkakan, nyeri, kekakuan, dan demam. Obat ini diindikasikan untuk penderita nyeri ringan sampai sedang dan penyakit dengan peradangan, umumnya nyeri gigi, nyeri menstruasi, nyeri otot atau sendi, dan nyeri setelah melahirkan. Obat ini harus diberikan secara hati – hati pada orang dengan riwayat alergi obat NSAID lainnya. Asam mefenamat bersifat mengiritasi lambung sehingga lebih baik tidak digunakan oleh penderita luka lambung atau usus. Obat ini juga dihindari pada penderita gangguan hati atau ginjal karena obat ini dibuang melalui organ tersebut sehingga dapat memperberat kelainan fungsi hati dan ginjal. Ibu hamil trimester ketiga dan ibu menyusui juga merupakan kontraindikasi penberian asam mefenamat karena obat ini dapat menyebabkan kecacatan pada bayi yang dikandung dan dibuang melalui air susu. Anak di bawah 14 tahun tidak disarankan menerima obat ini karena efektivitas dan efek samping asam mefenamat pada anak – anak belum diketahui.

    BalasHapus

Posting Komentar