FENOTIAZIN
Menurut struktur kimianya , antihistamin dibagi dalam beberapa kelompok , antara lain :
1. Turunan etanolamin ( X= O)
Obat
golongan ini memiliki daya kerja seperti atropin (antikolinergik) dan
bekerja serhadap SSP (sedative). Antihistamin golongan ini antara lain
difenhidramin, dimenhidrinat, klorfenoksamin, karbinoksamin, dan
feniltoloksamin.
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
2. Turunan etilendiamin (X= N)
Obat
golongan ini umumnya memiliki daya sedativ lemah. Antihistamin golongan
ini antara lain antazolin, tripenelamin, klemizol , dan mepirin.
Hubungan struktur antagonis-H1 turunan etilendiamin
Contoh
- Tripelenamin HCl (azaron,tripel), mempunyai efek antihistmin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih rendah. Tripelenamin juga digunakna untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anestesi setempat. Efektif untuk pengobatan gejala alergi kulit, seperti pruritis dan urtikariia kronik.
- Antazoilin HCl (antistine) mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah disbanding turunan etilendiamin lain. Antazolin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakain setempat karena mempunyai efek anestesi setempat dua kali lebih besar disbanding prokain HCl. Dosis untuk obat mata : larutan 0,5%
- Mebhidrolin nafadisilat (indicidal,histapan), strukturnya mengandung rantai samping aminopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku. Senyawa tidak menimbulkan efek analgesik dan anestesi setempat. Mebhidrolin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal, seperti dermatitis dan ekzem, konjungtivitis dan asma bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relative lambat, kadar plasma tertinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.
3. Turunan propilamin (X = C)
Obat
golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin
golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan
tripolidin.
Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral. Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat. Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini. Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N faktor penting untuk aktivitas antihistamin. Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral. Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat. Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini. Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N faktor penting untuk aktivitas antihistamin. Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
4. Turunan piperazin
Obat golongan ini umumnya memiliki efek long acting. Antihistamin golongan ini antara lain siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, dan flunarizin.
5. Turunan fenotizin
Obat
golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak
begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan
pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk,
maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini
antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.
6. Turunan trisiklik lain
Obat
golongan ini memiliki daya antiserotonin kuat dan menstimulir mafsu
makan , maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan . antihistamin
golongan ini antara lain siproheptadin, azatadin, dan pizotifen.
7. Zat- zat non sedative
Obat
golongan ini adalah antihistamin yang tidak memiliki efek sedativ (
membuat mengantuk ). Antihistamin golongan ini antara lain terfenadin,
dan astemizol.
Apa itu fenotiazin ?
Obat
golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak
begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan
pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk,
maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini
antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.
Bagaimana strukturnya ?
Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu system trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkil amino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebutbervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut :propildialkilamino, alkil piperidil atau alkil piperazin.
Apa hubungan dengan struktur aktifitasnya ?
1. Gugus tioalkil (SCH3), senyawa tetap
mempunyai aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek sampingGugus pada R2
dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa mempunyai aktivitas
yang besar bila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dan tidak terionisasi.
Makin besar kekuatan penarik elektron makin tinggi aktivitasnya. Substitusi pada
R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas. Substituen
CF3 lebih aktil dibanding Cl karena mempunyai kekuatan penarik elektron lebih
besar tetapi elek samping gejala ekstrapiramidal ternyatajuga lebih besar.
Substitusi pada R2 dengan g
ekstrapiramidal. Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap menunjukkan
aktivitas tranquilizer.
2. Substitusi pada
posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
3. Bila jumlah
atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan aktivitas
tranquilizer optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas
penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan
anti-Parkinson lebih dominan.
4. Adanya percabangan
pada posisi β-rantai alkil dapat mengubah aktivitas farmakologisnya. Substitusi
β -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin dan antipruritiknya. Adanya
substitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan stereoselektif.
Isomer levo lebih aktif dibanding isomer dekstro.
5. Substitusi pada
rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil atau dimetilamin, dan gugus
yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
6. Penggantian
gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil
akan menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halangan ruang.
7. Penggantian
gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas
tranquilizer, tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
8. Penggantian
gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH
hanya sedikit meningkatkan aktivitas.
9. Kuarternerisasi
rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan
penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
10. Masa kerja turunan fenotiazin dapat
diperpanjang dengan membuat bentuk esternya dengan asam lemak yang berantai
panjang seperti asam enantat dan dekanoat
Mekanisme Kerja
Obat turunan fenotiazin ini bekerja sebagai antagonis dari reseptor D2
karena afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada
reseptor D2 memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak
terutama pada jalur mesocortical, nigrostriatal dan tuberoinfundibular
yang menghasilkan efek terapeutik dan efek samping dari penggunaan obat
antipsikotik.
Daftar pustaka:
Davey Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Alih bahasa : Anissa Racmalia. Jakarta : Erlangga.
Ganis S.G, Setiabudy R, Suiyatna. F.D. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.
Pertanyaan:
1.Apa efek samping yang paling dominan dari fenotiazin ?
2.Bagaimana pemberian dosis yang maksimum ?
3.Apakah fenotiazin boleh digunakan bersamaan dengan makanan ?
4.Boleh tidak fenotiazin digunakan secara terus menerus ?
5.Mengapa sering menyebabkan efek sedasi ?
6.Bagaimana mekanisme kerja AH1 dan AH2 ?
5.Mengapa sering menyebabkan efek sedasi ?
6.Bagaimana mekanisme kerja AH1 dan AH2 ?
menurut saya fenotiazin tidak boleh digunakan secara terus menerus karena akan menyebabkan ketergantungan dan juga dapat merusak hati
BalasHapusya benar, penggunaan antihistamin bila telah membaik harus dihentikan mengkonsumsi obat tidak perlu di habiskan, contohnya pada cetirizine
HapusSemua obat apabila dikonsumsi dengan cara dan dosis yang tidak tepat memang dapat menyebabkan masalah pada tubuh. Memang benar salah satunya adalah kerusakan hati, karena obat ini mengalami dimetabolisme pada hati.
Hapussaya akan menjawab pertanyaan nomor 3. bedasarkan artikel yang saya baca sebaiknya obat golongan fenotiazin memang dikonsumsi bersama makanan atau susu.
BalasHapusTapi menurut artikel yang saya baca fenotiazin tidak boleh di minum bersamaan dengan minum susu
Hapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusoral : 10-25 mg, tiap 4-6 jam. ANAK 500 mcg/kg bb tiap 4-6 jam; 15 tahun maksimal 40 mg/hari, 6-12 tahun maksimal 75 mg/hari.Injeksi intramuskular dalam: dosis awal 25 mg, kemudian 25-50 mg tiap 3-4 jam sampai muntah berhenti. ANAK: 500 mcg/kg bb tiap 6-8 jam (15 tahun maksimal 40 mg/hari, 6-12 tahun maksimal 75 mg/hari).
saya akan membantu menjawab no 6
BalasHapusInteraksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vascular dan meningkatkan sekresi mucus. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis H1.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2.
Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1. Efek yg sering terjadi pada penggunaan fenotiazin adalah mual dan mengantuk
BalasHapussaya setuju. efek mengantuk ini untuk fenotiazin yang menembus sawar otak
Hapushai tarii,menurut saya jawaban dari soal no 4 ialah:
BalasHapusjadi obat turunan fenotiazin jika digunakan dalam jangka panjang atau terus menerus akan menyebabkan atau menimbulkan efek sedasi yaitu zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan, hal ini lah yang menyebabkan terjadinya ketergantungan.
pertanyaan no 6. menurut saya mekanisme dari AH1 dan AH2 yaitu menghambat ikatan anatara histamin dengan reseptor, dimana AH1 menghambat ikatan histamin dengan reseptor H1 dan AH2 menghambat ikatan histamin dengan reseptor H2.
BalasHapussaya mau menambahkan, AH1 dan AH2 lebih tepatnya berkompetisi untuk menduduki reseptor h1 dan h2
Hapusmenurut saya, obat golongan ini jika dikonsumsi terus menerus tidak apa apa karena Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin. tetapi jika disarankan agar tidak mengkonsumsi secara terus menerus karena setiap obat akan menimbulkan efek yang tidak baik dalam waktu yang cukup lama oleh karena itu minum obat ini jika dirasa perlu dan lebih baiknya lagi konsultasikan kepada dokter atau apoteker terdekat.
BalasHapusmekanisme kerja AH1 dan AH2 untuk pertanyaan no.6 adalah
BalasHapusReseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina. Antagonis H2 biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
Mekanisme kerja: mempunyai struktur serupa dengan histamine yaitu mengandung cincin imidazol, tetapi yang membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya. Bekerja tidak pada reseptor histamin, tapi menghambat dekarboksilase histidin sehingga memperkecil pembentukan histamin jika pemberian senyawa ini dilakukan sebelum pelepasan histamin. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamine, gastrin, dan asetilkolin, antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamin pada sekresi asam lambung dan menghambat kerja potensial histamine pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin, sehingga histamine mempunyai efikasi intrinsic dan efikasi potensial, sedang gastrin dan aetilkolin hanya mempunyai efikasi potensial. Tapi jika sudah terjadi pelepasan histamin, indikasinya sama dengan AH1.
Sedangkan antagonis H1 bekerja dengan menghambat reseptor h1. ketika histamin dilepaskan oleh sel mast karena terjadinya reaksi alergi menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada sel endotelia. Vasodilatasi mengakibatkan keluarnya cairan sehingga terjadi swelling. oleh karena itu obat antihistamin H1 akan berikatan dengan reseptor acetilkolin sehingga histamin tidak dapat berikatan dengan reseptor, dan mencegah terjadinya alergi.
haii tarii,disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1,efek yang paling dominan pada fenotiazin adalah efek sedasi
BalasHapussaya ingin menambahkan menurut sumber yang saya dapat dimana penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.
Hapusjawaban pertanyaan no 1.
BalasHapusgelisah, cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah,sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
Pertanyaan no.1
BalasHapusEfek samping antagonis H1 generasi I yang paling sering terjadi adalah sedasi. Selain itu, gejala SSP lain dapat terjadi, seperti pusing, tinitus, lesu, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang biasanya terjadi berupa gangguan saluran cerna, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri epigastrum, bahkan diare. Efek samping akibat efek muskarinik ini tidak terjadi pada antagonis H1 generasi II. Meskipun jarang, efek samping pada antagonis H1 generasi II dapat berupa torsades de pointes, yaitu terjadi perpanjangan interval QT. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan obat, terutama terfenadin dan astemizol, dalam dosis takar lajak, adanya gangguan hepatik yang mengganggu sistem sitokrom P450, atau adanya interaksi dengan obat lain. Perpanjangan QT interval diduga terjadi karena obat-obat tersebut menghambat saluran K+. Selain itu, juga dapat terjadi dermatitis alergik karena penggunaan topikal. Pada keracunan akut antagonis H1 , dapat terjadi suatu sindrom beruapa adanya halusinogen, ataksia, tidak adanya koordinasi otot, dan kejang.
Daftar Pustaka
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1, efek yang paling sering terjadi dari penggunaan fenotiazin adalah sedasi.
BalasHapusmenurut saya efek dari fenotiazin menyebabkan reaksi distonia akut yang meliputi spasme otot fasial dan skeletal serta krisis okulogirik. Efek ini lebih lazim terjadi pada usia muda (wanita muda dan remaja putri) serta lansia.
BalasHapusNo7 1. Antagonis Reseptor Histamin H1
BalasHapusSecara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
2. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
efek samping turunan fenotiazin biasanya menyebabkan kantuk dan dalam kondisi yang parah menyebabkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1
BalasHapusEfek samping yang paling dominan dari fenotoazin yaitu mengantuk, sehingga tidak dianjurkan penggunaannya untuk orang yang sedang berkendara dan menjalankan mesin
nmr 1
BalasHapusmenurut saya fenotiazin tidak boleh digunakan secara terus menerus karena akan menyebabkan ketergantungan dan juga dapat merusak hati
Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 6 yaitu,
BalasHapus1. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
2. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.
Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1. Efek yg sering terjadi pada penggunaan fenotiazin adalah mual dan mengantuk. karena efek mengantuk ini untuk fenotiazin yang menembus sawar otak
BalasHapusAntagonis Reseptor Histamin H1
BalasHapusSecara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik , dan prometazina.
2. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
1. Pusing, mengantuk, kecemasan, masalah tidur (insomnia),Mulut kering atau hidung tersumbat, penglihatan kabur.
BalasHapushai tari, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1. Menurut sumber yang saya dapatkan, efek samping fenotiazin yang paling dominan adalah mengantuk, dermatitis dan hipotensi.
BalasHapusPenglihatan nmbr 1
BalasHapuskabur,pusinf,kantuk,isomnia,mulut kering /pecah.